Prasasti Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur. Prasasti ini ditulis sekitar tahun 400 Masehi, berisi tentang
sejarah Kerajaan Kutai.
2. Prasasti Ciaruteun.
Prasasti Ciaruteun ditemukan di daerah Ciaruteun,
Jawa Barat. Dalam Prasasti Ciaruteun, terdapat bekas pahat tapak kaki yang
menerangkan bahwa sepasang tapak kaki tersebut milik Raja Tarumanegara yang
digambarkan seperti tapak kaki Dewa Wisnu.
Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir
atau Prasasti Sanjaya) adalah prasasti dalam bentuk candra sengkala berangka
tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir
di desa Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah.
Prasasti yang ditulis pada stela batu ini
menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti dipandang sebagai
pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732 sebagai seorang penguasa universal
dari Kerajaan Mataram Kuno.
4. Prasasti Pasir Awi.
Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Ciampea adalah
salah satu prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara.
Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit
Pasir Awi (± 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, desa
Sukamakmur, kecamatan Sukamakmur (antara Kec. jonggol dan Kec.
Citeureup)kabupaten Bogor tepatnya pada koordinat 0°10’37,29” BB (dari Jakarta)
dan 6°32’27,57”. Berada di puncak ketinggian perbukitan, dengan arah tapak kaki
atau posisi berdiri menghadap ke arah utara-timur. Posisi berdiri berada di
sisi yang curam yang memberikan pandangan luas ke wilayah bukit dan lembah di
bawahnya. Secara spesifik, jika kita berdiri persis di atas tapak kaki, kita
merasakan posisi berdiri yang cukup santai dan tanpa perasaan takut walaupun
berada di sisi yang curam.
5. Prasasti Talang Tuo.
Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant
Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki
Bukit Seguntang, dan dikenal sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang
ditulisi berukuran 50cm × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret
684 Masehi), ditulis dalam aksara Pallawa, berbahasa Melayu Kuna, dan terdiri
dari 14 baris. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan
prasasti tersebut adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat dalam Acta
Orientalia. Sejak tahun 1920 prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional
Indonesia, Jakarta, dengan nomor D.145.
6. Prasasti Kalasan.
Prasasti Kalasan adalah prasasti peninggalan Wangsa
Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno yang berangka tahun 700 Saka atau 778 M.
Prasasti yang ditemukan di kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta, ini ditulis
dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta.
Prasasti ini menyebutkan, bahwa Guru Sang Raja
berhasil membujuk Maharaja Tejahpura Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang
merupakan mustika keluarga Sailendra (Sailendra Wamsatilaka) atas permintaan
keluarga Syailendra, untuk membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah
biara bagi para pendeta, serta penghadiahan desa Kalasan untuk para sanggha
(umat Buddha). Bangunan suci yang dimaksud adalah Candi Kalasan. Prasasti ini kini disimpan dengan No. D.147 di
Museum Nasional, Jakarta.
7. Prasasti Tugu.
Prasasti Tugu adalah salah satu prasasti yang
berasal dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti tersebut isinya menerangkan
penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati
oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai
tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang
sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi
pada musim kemarau.
Sumber : http://arifyudisejarah2006.wordpress.com/2009/01/19/prasasti/
0 komentar:
Posting Komentar